Rumah Kos Pelangi

Perkenalkan nama gw Kuning, salah satu pintu yang ada di sebuah bangunan bergaya minimalis yang terdiri dari dua lantai dan enam kamar yang bernama Rumah Kos Pelangi. Pink, Hijau, Biru, Merah dan Ungu adalah warna pintu lainya yang ada di bangunan ini.

Gw adalah salah satu pintu yang ada di lantai dua, posisi gw tepat di depan tangga melingkar yang menghubungkan ke dua lantai. Ada Hijau dan Pink yang setia berada di sisi kanan dan kiri gw. Di lantai bawah ada si Merah, yang di apit oleh Biru dan Ungu.

Pink udah dua minggu jomblo, alias enggak ada penghuninya. Penghuni sebelumnya diusir Ibu Kos lantaran nunggak dua bulan. Adalah Idha seorang mahasiswi rantau asal Solo yang udah setahun terakhir menghabiskan waktunya di balik pintu kayu berlapis cat warna Pink. 

Sebagai mahasiswa rantau, nasib Idha bisa di bilang jauh dari kata mapan. Makan cuma dua kali sehari, itupun cuma mie instant. Idha sebenarnya sosok yang ceria, tapi beratnya beban hidup di Ibu Kota nampaknya sukses menghapus keceriaan dari wajah ayunya.

Pink sosok pintu cantik, selalu tersenyum, cerewet dan yang paling menarik, Pink is a very good listener.

Kalo Hijau baru dua hari yang lalu mengakhiri masa jomblonya setelah nyaris tiga bulan kosong. Hijau sosok pintu yang ramah, dia juga good listener kayak si Pink. Selain good listener, Hijau juga pemberi nasihat yang baik. Jadi kalo ada masalah, Hijaulah sosok pertama yang muncul di otak gw, buat diajak sharing.

Sebenernya Hijau pengen kuliah jurusan psikologi demi mewujudkan cita-citanya sebagai Astronot, enggak yambung ya? Gw juga bingung kenapa dia punya ide seabsurd ini. Ya udahlah, ini Negara demokrasi, semua bebas berpendapat dan menetukan masa depannya masing-masing. Hijau gagal kuliah, bukan gara-gara dia bodoh, Hijau tergolong murid pintar, buktinya dia jadi kesayangan guru akutansi waktu SMA. Jago akutansi dan punya cita-cita Astronot, yah lagi-lagi ga nyambung, biarkanalah dia berkehendak.

Penghuni si Hijau namanya Agus. Agus adalah staff HRD yang kerja di salah satu perusahaan jual beli handphone. Agus yang notabenya sarjana ilmu kimia bisa nyasar jadi HRD.

“Nyari kerja susah, yang penting halal aja deh.”

Jawaban yang selalu Agus bilang kalo ada yang nanya kenapa terjerumus di dunia kerja yang bertolak belakang sama ilmu yang dia dapet di bangku kuliah.

Let’s go to down stairs. 

Nasib baik ada pada lantai bawah, Biru, Merah dan Ungu, mereka enggak pernah jomblo, mereka selalu punya penghuni. Lantai bawah seolah mempunyai magnet yang sangat kuat untuk menggoda para calon penghuni, menjadikan mereka primadona di Rumah Kos Pelangi. Bisa di bilang mereka high quality room gitu deh, padahal ukuran dan fasilitasnya sama aja. *ceritanya sirik*

Biru, untuk sebuah pintu yang jenis kelaminnya cowok, Biru terbilang cerewet. Selain cerewet si Biru juga labil, puncak kelabilannya terjadi saat dia memutuskan untuk ganti jurusan, setelah masa kuliahnya memasuki semester tujuh. Setelah kuliah tujuh semester akhirnya si Biru sadar kalo dia salah jurusan, dia bilang kalo Tekhink Komputer itu bukan passionnya. Akhirnya si Biru pindah ke jurusan Public Speaking, yang menurutnya jurusan itu sesuai banget sama passionnya.

Untung aja cuma ganti jurusan, coba kalo ganti kelamin, pasti lebih repot dari nyruruh kucing mandi.

Penghuni Si Biru namanya Ivan, salah seorang penyiar radio ternama di Ibu Kota yang punya delapan juta followers. Coba bayangin kalo Ivan jualan cendol dan setengah dari followersnya beli cendolnya. Bisa di bayangin kira-kira berapa royalty yang bakal Ivan terima.

Gw salah satu pendengar setia Ivan, tiap siang gw sering dengerin kicauan Ivan via radio yang di nyalain Mba Inem, pembatu yang kerja di Rumah Kos Pelangi.

Si Merah mungkin jadi pintu yang paling menyebalkan di bangunan ini. Si Merah itu pemarah dan enggak jarang suka melampiaskan kemarahannya sama pintu-pintu lain. Biasanya kalo udah marah, banyak kata-kata kasar yang sering keluar diucapain kayak…

“Dasar kalian pintu yatim piatu!”

“Warna Merah itu paling keren. Buktinya pemilu kemaren gw menang.”

“Darah itu merah Jendral!” *yang ini gw enggak ngerti apa maksudnya*

Kayaknya si Merah dapet penghuni yang sesuai sama karakternya. Faldi, salah seorang mahasiswa jurusan seni yang jadi penghuni si Merah selama empat tahun terakhir. Rambut gondrong, jarang mandi, badan penuh tattoo, dan jomblo. Pantes aja jomblo, giamana mo sayang sama orang lain, kalo sama diri sendiri aja enggak. Faldi juga sering di tegur Ibu Kos lantaran sering ngidupin musik dengan volume yang bikin orang satu Negara tau kalo dia punya lagi dengerin lagu.

Si Ungu, bertolak belakang dengan tetanga satu lantainya, si Ungu tergolong pendiam dan tertutup. Si Ungu hanya berbicara seperlunya, menurutnya banyak berbicara itu hanya menghambur-hamburkan energi. Selogannya “Diam itu emas dan jomblo itu melas.”

Ari, merupakan pegawai di salah satu perusahaan yang bergerak di bidang telekomunikasi, yang sudah setahun terakhir jadi penghuni si Ungu. Sama seperti si Ungu, Ari juga tergolong orang yang pendiam dan tertutup. Berangkat pagi dan pulang setelah sang surya memudarkan sinarnya, seperti itulah rutinitas Ari.

Kalo di pikir-pikir ada benernya kata si Ungu tenang diam itu emas, dari pada sering bikin gaduh dan ganggu tetangga kayak Faldi, mending diam kayak Ari. 

Awalnya ada tujuh kamar yang ada di Rumah Kos Pelangi tapi ada satu pintu yang enggak boleh di sebut namanya, semacem Voldemort kalo di Harry Potter. Sama kaya Voldemort yang dahulunya murid favorit, si putih dulunya juga gitu. Dia selalu jadi pilihan utama bagi calon penghuni. 

Sampai terjadi kejadian berdarah di balik pintu itu menjadikanya berubah menjadi si Hitam. Kira-kira tiga tahun yang lalu, si Putih di huni oleh Mala, mahasiswi jurusan Ekonomi dari salah satu universitas ternama di Jakarta Pusat. Mala rajin banget ngebersihin kamarnya, tak jarang kami melihat si Putih tersenyum manis karena sang penghuni yang rajin merawat kamarnya.

Sampai akhirnya Mala ditemukan terbujur kaku di bawah shower yang masih menyala dengan tangan yang tersayat. 

Ada kabar yang menyebutkan, Mala nekat mengakhiri hidupnya lantaran hubungannya dengan sang pacar ditentang oleh orang tua dari kedua belah pihak.

Seminggu setelah kejadian berdarah itu, sering terdengar tangisan perempuan pada malam hari, ada juga penghuni yang mengatakan sering mendengar suara rintihan perempuan, seolah di dalam ada seorang wanita yang sedang disiksa.

Karena banyak mendapatkan keluhan dari penghuni kos, akhirnya kamar itu pun di bongkar. 

Now my turn. Gw sendiri udah memasuki tahun ke dua di huni oleh penghuni yang sama. Eanggak ada yang spesial dari penghuni gw, yang gw tau dia berangkat kerja pagi dan pulang malam. Waktunya lebih banyak di habiskan di luar, nampaknya gw cuma di jadiin tempat buat merebahkan badan setelah seharian sibuk di kantor. Yang paling gw tau dari penghuni kamar gw adalah, waktu tidur dia selalu masukin tanganya ke dalem celana, gw enggak tau apa maksudnya tapi kalo ngeliat expresinya yang senyum-senyum random, kayaknya dia nikmatin banget sensasinya.

Bukan cuma manusia yang punya perasaan, pintu juga punya. Pintu juga bisa sedih, marah, cemburu, galau bahkan jatuh cinta.

Sebagai pintu normal yang orientasi sexualnya belom berubah, gw juga bisa jatuh cinta. Pink, sosok pintu paling cantik yang pernah gw kenal, sukses mengikfeksi hati gw. Gw udah lama suka sama Pink, tapi kayaknya Pink enggak suka sama gw. Pink sepertinya lebih tertarik sama si Merah, selembar pintu yang gw anggap paling menyebalkan.

“Apa coba kerennya si Merah?”

Pemarah, sombong, angkuh, walau gw akuin kalo si Merah itu jago ngerayu, ganteng, rambutnya belah pinggir dan wet look.

Gw sering konsultasi sama si Hijau, masalah perasaan gw ini. Dan si Hijau bilang kalo ini menyangkut perasaan yang enggak bisa dipaksain. 

Kata si Hijau…

“Coba perhatiin penghuni di kamar kita masing-masing. Tiap penghuni dan pintu punya karakter yang bisa dibilang hampir sama. Mereka seakan enggak sengaja berjodoh. Sama kayak satu kunci yang berjodoh dengan satu pintu. Satu kunci cuma bisa dipake disatu pintu, kalo kita maksain pake kunci di pintu yang berbeda, yang ada kucinya dan pintunya jadi rusak. Sama aja sama perasaan sob, enggak bisa di paksain, kalo dipakasain cuma bikin ke dua belah pihak tersakiti.”