5 Juni
Cahaya matahari
menerobos kaca jendela di kamar Cempaka. Memaksa Arya membuka kelopak matanya
yang terlihat masih ingin berpelukan dengan mimpi. Kamar Cempaka merupakan salah
satu kamar di Rumah Sakit Bunga, yang sudah sebulan terakhir dihuni oleh Arya,
korban kecelakaan tunggal yang terjadi di Jalan Soekarno Hatta, satu bulan yang
lalu.
“Selamat pagi jagoanku…”
Ucapan selamat
pagi diiringi belaian lembut ke rambut Arya, dari Fitri, sosok wanita yang dua
tahun terakhir melengkapi kepingan puzzle
hati Arya.
Sebulan menjadi
penghuni kamar Cempaka, tubuh Arya terlihat begitu kurus, begitu kurus sehingga
tampak jelas tulang rahangnya, seolah berusaha menerobos keluar kulit pipinya.
“Ke taman yuk,
aku bosan di sini.”
Ajak Arya seraya
menarik tangan Fitri. Dengan kaki yang belum sembuh benar dan infus yang masih
melekat di pergelangan tangan, Arya berjalan menyelusuri lorong sunyi rumah
sakit. Setiap kali berpapasan dengan suster, Arya selalu mendapatkan sorotan
sinis, tapi semua itu dianggap Arya angin lalu.
“Mungkin mereka
cemburu akan kemesraan kita.”
Ucap Arya sambil
menyeret tiang infus yang sudah sebulan terakhir menjadi pendamping setianya. Sebuah
kursi panjang berwarna putih yang ada di sudut taman menopang tubuh mereka.
“Aku bingung,
kok kamu bisa baik-baik aja ya? Padahal aku sampe babak belur gini.”
Fitri hanya
menunduk dan seraya mengguratkan seyum kecil di bibir tipisnya.
5 mei
“Kita mau
kemana, ko cafenya gelap gini?”
Tanya Fitri dengan
nada sedikit penasaran, yang dari tadi tidak melepaskan pelukannya ke tangan
sang pujaan hati, seolah tidak ingin berpisah walau hanya sejenak.
Mereka tepat
berdiri di depan sebuah cafe
bernuansa klasik, nama cafe itu ‘Tempoe
Doeloe’, suasana cafenya cukup
romantis. Seluruh tembok dibiarkan telanjang tanpa plester dan cat, membuat
barisan bata merah terpampang jelas sejauh mata memandang ke seluruh penjuru
ruangan. Pencahayaan yang dibuat agak redup menambah atmosfir romantis yang
coba ditawarkan.
“Kita duduk di
sana.”
Seru Arya sambil
menarik lembut, tangan kekasihnya menuju salah satu kursi kosong dengan meja
bundar yang ada di sudut ruangan, seolah kursi jati itu memang sudah menunggu
kehadiran mereka.
Wajah Fitri nampak
samar dibalik terpaan sinar api yang menari di atas lilin kecil, yang mengapung
di wadah kaca berbentuk hati. Hari ini Fitri mengenakan baju kesayangannya,
kemeja putih dengan gambar Doraemon di bahu kiri. Kemeja yang merupakan hadiah
ulang tahun yang diberikan Arya.
Tak banyak kata
yang keluar dari bibir tipis Fitri, rasa senang dan nuansa romantis sepertinya mengunci
mulutnya untuk tetap membisu. Pandangannya terus tertuju ke Arya yang dari tadi
bercerita tentang betapa senangnya sudah melewati dua tahun bersama dirinya.
“Aku bosen
pacaran sama kamu.”
Satu kalimat
dari Arya yang membuat susana hati Fitri berubah seratus delapan puluh derajat.
“Kamu mau
putus?”
Tanya Fitri
dengan suara sedikit parau diiringi mata yang berkaca-kaca dan bibir yang
bergetar hebat menahan tangis.
“Kamu mau enggak
pake ini seumur hidup kamu?”
Kata Arya sambil
membuka kotak merah berbentuk hati yang di dalamnya tersemat sebuah cincin
bermata berlian, yang tampak mengkilat diterjang cahaya redup dari lilin yang
setia mengapung.
Bersamaan dengan
cincin yang disematkan ke jari manisnya, tangisan Fitri pecah diantara romantisnya
susana cafe malam itu. Dengan suara
sedikit parau Fitri berkata…
“I do.”
Hari semakin larut,
Arya mengajak Fitri untuk pulang. Fitri yang masih terhipnotis romantisnya
suasana cafe nampaknya enggan
memindahkan tubuhnya dari kursi jati yang sedari tadi menopang tubuhnya.
Malam ini hujan
turun begitu deras, mendesak Arya untuk menghentikan laju sepeda motornya.
Mereka berteduh di bawah rimbunnya pohon beringin yang berbaris lurus sepanjang
jalan Soekarno Hatta.
Derasnya hujan
menerobos, rimbunnya dedaunan beringin yang dari tadi memayungi Arya dan Fitri.
Tetesan air hujan mendarat di jaket tipis yang dikenakan Fitri, membuatnya semakin
terperangkap oleh rasa dingin malam itu.
“Percuma kita di
sini, kita lanjut aja yuk.”
“Bahaya jalannya
licin.”
Arya mengabaikan
peringatan Fitri, dan terus menderapkan kakinya ke arah sepeda motor yang
sedari tadi bermandikan hujan.
Dengan maksud
agar cepat tiba di rumah, Arya mencoba memacu sepeda motornya. Hujan yang lebat
manjadikan aspal licin, sepeda motor Arya hilang kendali dan menabrak salah
satu pohon beringin.
6 Juni
“Kata dokter, besok
kamu udah bisa pulang.”
“Ma, Fitri hari
ini jenguk enggak?”
Pertanyaan yang
selalu selalu dijawab dengan senyuman oleh Mama Arya. Sang Mama hanya melempar
senyum seraya tangannya sibuk memasukan barang-barang ke dalam tas besar
berwarna cokelat.
Keesokan harinya
Arya tiba di rumah, sambutan hangat datang dari sanak saudara yang telah lama
menantikan kepulangan salah satu keluarga mereka. Keadaan rumah terlihat begitu
ramai menyambut kepulangan Arya. Arya bagai kesepian di tengah keramaian, tidak
ada sosok yang dinantinya, dari sekian banyak orang yang ada di rumah itu, tak
terlihat sosok wanita sang pujaan.
“Aku mau
istirahat Ma, kalo Fitri datang tolong bangunin aku ya.”
Seperti biasa
sang Mama hanya mengangguk dan tersenyum tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.
Beberapa hari
berlalu, masih tidak terlihat sosok yang dinantikan, Arya bertanya-tanya
kemanakah sosok bidadari penghuni hatinya.
“Selamat pagi
jagoanku…”
Suara yang selama
ini dinantikan Arya. Bak air dingin yang mengaliri tenggorokan di tengah dahaga
yang menyerang, sebuah senyum lebar terlukis seketika di wajah Arya yang
terlihat baru saja meninggalkan alam mimpi.
Dalam sekejap
sebuah dua sejoli ini berpelukan, mata mereka bertemu. Tak sedetikpun Arya
melepaskan tatapannya ke wajah Fitri. Sebuah kecupan mesra mendarat di dahi
Fitri diiringi dengan kalimat…
“Aku sayang
kamu…”
Mereka melepas
rindu di ruangan putih yang di dominasi oleh poster-poster kuda besi yang
menempel di seluruh sisi kamar.
“Tok tok tok..”
Suara ketukan
pintu yang memecah obrolan Arya dengan Fitri.
“Itu pasti Papa
ku.”
Ucap Arya sambil
melangkahkan kakinya menuju pintu berwarna cokelat yang menjadi saksi bisu
betapa mesranya dua sejoli ini dalam membunuh sang waktu.
“Kamu mau datang
ke acara empat puluh harinya Fitri?”
“Empat puluh
hari Fitri?”
“Nak, kamu itu
abis kecelakaan. Fitri meninggal pada kecelakaan itu, sedangkan kamu koma
selama satu minggu. Kamu juga udah satu minggu enggak keluar kamar.”
Hati Arya pecah,
bahkan Arya bisa mendengar suara pecahan hatinya diantara riuhnya susana kamar.
Air mata tiba-tiba berderai melewati pipi dan jatuh di lantai. Rasa cinta Arya
yang begitu besar memaksa bayang-bayang Fitri terperangkap untuk tetap di sisinya.
Dengan ragu,
Arya membalikan badan ke arah Fitri. Fitri hanya terlihat membeku, kemeja putih
bermotif Doraemon yang dikenakan Fitri kini ternoda oleh tetesan darah yang
mengalir melewati dahi dan pipinya. Tak sepatah katapun keluar dari mulut
fitri, hanya tetesan air mata bercampur darah yang tak hentinya menetes,
menambah pekat warna merah di kemeja tersebut.
Hembusan angin
menyapu tubuh Fitri yang tampak putih pucat. Seraya angin membawanya pergi,
bibir Fitri berkata dalam diam “i love
you”.
Sad ending:(
ReplyDeletebiasa mba spesialis patah hati
DeleteEhmmm.. Serem.. Hehe..
ReplyDeleteserem? maksudnya bikin cerita sedih bro
Deleteada tisu tidak pak? :l
ReplyDeleteada nih, 5.000 dapet 3
DeleteEndingnya sedih euy -__-
ReplyDeletemasih jelek ini bro kata @Agyasaziya_R, ga ada jiwanya.
Deletecinta, deritanya tiada akhir :D
ReplyDeletekayak cerita kera sakti ya?
Deletekok mistis gitu ya, bisa melihat roh Fitri, haha..
ReplyDeleteeh jadi terkesan mistis ya? padahal maksudnya bikin crita sedih
Deleteendingnya ngena banget..
ReplyDeletekereennn (y)
emang paling bisa bikin pembaca ikutan sedih nih..
ReplyDeleteAlhamdulilah... brearti pesannya sampe
Deletedappet...
ReplyDeletedapet apaan, lagi PMS maksudnya?
DeleteSediiih tapi kenapa serreeeem bang,,, Hiiiiiiiiiiii
ReplyDeletelagi belajar bikin cerita misteri Mba
Deletesedih endingnya T__T hiks,, but nice story (y)
ReplyDeletemakasih makasih...
DeleteHuaaaa hiks hiks hiks
ReplyDeleteVery touching stories
Alhamdulilah klo terhibur...
DeleteEndingnya sedih juga mas, jadi terhura deh aku. Eh maksudnya terharu :D
ReplyDeleteAlhamdulilah.. berarti pesannya sampe ke pembaca
Deletesedih iiih endingnyaaaa :'((
ReplyDeletebutuh tisu?
Deletemendadak merindiiiingg...
ReplyDeletemasuk angin kali?
Deleteternyata gak cuma bisa bikin cerita ketawa ya, tapi cerita yang menguras emosi bisa juga :(
ReplyDeletekeren :D
makasih makasih...
Deletejiah,, sedih deh! katanya ditinggal mati itu lebih nyesek ya ketimbang diputusin Nabilah JKT48
ReplyDeletenanti dah sob, gw jadian dulu sama Nabilah. Biar tau rasanya diputusin
DeleteHmm... ending ceritanya keliatan banget nih pengin menjebak pembaca :D
ReplyDeletemending kejebak di cerita apa kejebak dimasa lalu?
DeleteKereeennnn
ReplyDeleteYuk kirim ke AOMAGZ!!
Aomagz.blogspot.com
hehehe ^^
sip... nanti gw berkunjung deh
Deleteduh.. jadi jodi deh bang -_-
ReplyDeletejomblo ditinggal mati -_-
DeleteHabis tisu toilet dirumah gua, gara-gara baca cerita loe hehe
ReplyDeletepake kanebo bro, lebih nyerep
DeletePas lagi sedih habis baca eh gak sengaja ngeklik ads Lazada. Jadi deh gue yang sedih lo yang seneng. tapi ini semua hanya fiksi, lebih khususnya fiksi patah hati. eaa
ReplyDeletehihihi... fiksi patah hati ya? sounds good
Delete