Monday, November 17, 2014

I Love You

5 Juni
Cahaya matahari menerobos kaca jendela di kamar Cempaka. Memaksa Arya membuka kelopak matanya yang terlihat masih ingin berpelukan dengan mimpi. Kamar Cempaka merupakan salah satu kamar di Rumah Sakit Bunga, yang sudah sebulan terakhir dihuni oleh Arya, korban kecelakaan tunggal yang terjadi di Jalan Soekarno Hatta, satu bulan yang lalu.

 “Selamat pagi jagoanku…”

Ucapan selamat pagi diiringi belaian lembut ke rambut Arya, dari Fitri, sosok wanita yang dua tahun terakhir melengkapi kepingan puzzle hati Arya.

Sebulan menjadi penghuni kamar Cempaka, tubuh Arya terlihat begitu kurus, begitu kurus sehingga tampak jelas tulang rahangnya, seolah berusaha menerobos keluar kulit pipinya.

“Ke taman yuk, aku bosan di sini.”

Ajak Arya seraya menarik tangan Fitri. Dengan kaki yang belum sembuh benar dan infus yang masih melekat di pergelangan tangan, Arya berjalan menyelusuri lorong sunyi rumah sakit. Setiap kali berpapasan dengan suster, Arya selalu mendapatkan sorotan sinis, tapi semua itu dianggap Arya angin lalu.

“Mungkin mereka cemburu akan kemesraan kita.”

Ucap Arya sambil menyeret tiang infus yang sudah sebulan terakhir menjadi pendamping setianya. Sebuah kursi panjang berwarna putih yang ada di sudut taman menopang tubuh mereka. 

“Aku bingung, kok kamu bisa baik-baik aja ya? Padahal aku sampe babak belur gini.”
Fitri hanya menunduk dan seraya mengguratkan seyum kecil di bibir tipisnya.

5 mei
“Kita mau kemana, ko cafenya gelap gini?”
Tanya Fitri dengan nada sedikit penasaran, yang dari tadi tidak melepaskan pelukannya ke tangan sang pujaan hati, seolah tidak ingin berpisah walau hanya sejenak.

Mereka tepat berdiri di depan sebuah cafe bernuansa klasik, nama cafe itu ‘Tempoe Doeloe’, suasana cafenya cukup romantis. Seluruh tembok dibiarkan telanjang tanpa plester dan cat, membuat barisan bata merah terpampang jelas sejauh mata memandang ke seluruh penjuru ruangan. Pencahayaan yang dibuat agak redup menambah atmosfir romantis yang coba ditawarkan. 

“Kita duduk di sana.”

Seru Arya sambil menarik lembut, tangan kekasihnya menuju salah satu kursi kosong dengan meja bundar yang ada di sudut ruangan, seolah kursi jati itu memang sudah menunggu kehadiran mereka.

Wajah Fitri nampak samar dibalik terpaan sinar api yang menari di atas lilin kecil, yang mengapung di wadah kaca berbentuk hati. Hari ini Fitri mengenakan baju kesayangannya, kemeja putih dengan gambar Doraemon di bahu kiri. Kemeja yang merupakan hadiah ulang tahun yang diberikan Arya.

Tak banyak kata yang keluar dari bibir tipis Fitri, rasa senang dan nuansa romantis sepertinya mengunci mulutnya untuk tetap membisu. Pandangannya terus tertuju ke Arya yang dari tadi bercerita tentang betapa senangnya sudah melewati dua tahun bersama dirinya.

“Aku bosen pacaran sama kamu.”
Satu kalimat dari Arya yang membuat susana hati Fitri berubah seratus delapan puluh derajat.
“Kamu mau putus?”
Tanya Fitri dengan suara sedikit parau diiringi mata yang berkaca-kaca dan bibir yang bergetar hebat menahan tangis.
“Kamu mau enggak pake ini seumur hidup kamu?”

Kata Arya sambil membuka kotak merah berbentuk hati yang di dalamnya tersemat sebuah cincin bermata berlian, yang tampak mengkilat diterjang cahaya redup dari lilin yang setia mengapung. 

Bersamaan dengan cincin yang disematkan ke jari manisnya, tangisan Fitri pecah diantara romantisnya susana cafe malam itu. Dengan suara sedikit parau Fitri berkata…

I do.”

Hari semakin larut, Arya mengajak Fitri untuk pulang. Fitri yang masih terhipnotis romantisnya suasana cafe nampaknya enggan memindahkan tubuhnya dari kursi jati yang sedari tadi menopang tubuhnya.

Malam ini hujan turun begitu deras, mendesak Arya untuk menghentikan laju sepeda motornya. Mereka berteduh di bawah rimbunnya pohon beringin yang berbaris lurus sepanjang jalan Soekarno Hatta. 

Derasnya hujan menerobos, rimbunnya dedaunan beringin yang dari tadi memayungi Arya dan Fitri. Tetesan air hujan mendarat di jaket tipis yang dikenakan Fitri, membuatnya semakin terperangkap oleh rasa dingin malam itu.

“Percuma kita di sini, kita lanjut aja yuk.”
“Bahaya jalannya licin.”

Arya mengabaikan peringatan Fitri, dan terus menderapkan kakinya ke arah sepeda motor yang sedari tadi bermandikan hujan.

Dengan maksud agar cepat tiba di rumah, Arya mencoba memacu sepeda motornya. Hujan yang lebat manjadikan aspal licin, sepeda motor Arya hilang kendali dan menabrak salah satu pohon beringin.

6 Juni
“Kata dokter, besok kamu udah bisa pulang.”
“Ma, Fitri hari ini jenguk enggak?”

Pertanyaan yang selalu selalu dijawab dengan senyuman oleh Mama Arya. Sang Mama hanya melempar senyum seraya tangannya sibuk memasukan barang-barang ke dalam tas besar berwarna cokelat.

Keesokan harinya Arya tiba di rumah, sambutan hangat datang dari sanak saudara yang telah lama menantikan kepulangan salah satu keluarga mereka. Keadaan rumah terlihat begitu ramai menyambut kepulangan Arya. Arya bagai kesepian di tengah keramaian, tidak ada sosok yang dinantinya, dari sekian banyak orang yang ada di rumah itu, tak terlihat sosok wanita sang pujaan.

“Aku mau istirahat Ma, kalo Fitri datang tolong bangunin aku ya.”

Seperti biasa sang Mama hanya mengangguk dan tersenyum tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

Beberapa hari berlalu, masih tidak terlihat sosok yang dinantikan, Arya bertanya-tanya kemanakah sosok bidadari penghuni hatinya.

“Selamat pagi jagoanku…”

Suara yang selama ini dinantikan Arya. Bak air dingin yang mengaliri tenggorokan di tengah dahaga yang menyerang, sebuah senyum lebar terlukis seketika di wajah Arya yang terlihat baru saja meninggalkan alam mimpi.

Dalam sekejap sebuah dua sejoli ini berpelukan, mata mereka bertemu. Tak sedetikpun Arya melepaskan tatapannya ke wajah Fitri. Sebuah kecupan mesra mendarat di dahi Fitri diiringi dengan kalimat…

“Aku sayang kamu…”

Mereka melepas rindu di ruangan putih yang di dominasi oleh poster-poster kuda besi yang menempel di seluruh sisi kamar.

“Tok tok tok..”
Suara ketukan pintu yang memecah obrolan Arya dengan Fitri.
“Itu pasti Papa ku.”
Ucap Arya sambil melangkahkan kakinya menuju pintu berwarna cokelat yang menjadi saksi bisu betapa mesranya dua sejoli ini dalam membunuh sang waktu.
“Kamu mau datang ke acara empat puluh harinya Fitri?”
“Empat puluh hari Fitri?”
“Nak, kamu itu abis kecelakaan. Fitri meninggal pada kecelakaan itu, sedangkan kamu koma selama satu minggu. Kamu juga udah satu minggu enggak keluar kamar.”

Hati Arya pecah, bahkan Arya bisa mendengar suara pecahan hatinya diantara riuhnya susana kamar. Air mata tiba-tiba berderai melewati pipi dan jatuh di lantai. Rasa cinta Arya yang begitu besar memaksa bayang-bayang Fitri terperangkap untuk tetap di sisinya.
Dengan ragu, Arya membalikan badan ke arah Fitri. Fitri hanya terlihat membeku, kemeja putih bermotif Doraemon yang dikenakan Fitri kini ternoda oleh tetesan darah yang mengalir melewati dahi dan pipinya. Tak sepatah katapun keluar dari mulut fitri, hanya tetesan air mata bercampur darah yang tak hentinya menetes, menambah pekat warna merah di kemeja tersebut.

Hembusan angin menyapu tubuh Fitri yang tampak putih pucat. Seraya angin membawanya pergi, bibir Fitri berkata dalam diam “i love you”.

43 comments:

  1. Replies
    1. masih jelek ini bro kata @Agyasaziya_R, ga ada jiwanya.

      Delete
  2. kok mistis gitu ya, bisa melihat roh Fitri, haha..

    ReplyDelete
    Replies
    1. eh jadi terkesan mistis ya? padahal maksudnya bikin crita sedih

      Delete
  3. endingnya ngena banget..
    kereennn (y)

    ReplyDelete
  4. emang paling bisa bikin pembaca ikutan sedih nih..

    ReplyDelete
  5. Sediiih tapi kenapa serreeeem bang,,, Hiiiiiiiiiiii

    ReplyDelete
  6. sedih endingnya T__T hiks,, but nice story (y)

    ReplyDelete
  7. Huaaaa hiks hiks hiks
    Very touching stories

    ReplyDelete
  8. Endingnya sedih juga mas, jadi terhura deh aku. Eh maksudnya terharu :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulilah.. berarti pesannya sampe ke pembaca

      Delete
  9. ternyata gak cuma bisa bikin cerita ketawa ya, tapi cerita yang menguras emosi bisa juga :(

    keren :D

    ReplyDelete
  10. jiah,, sedih deh! katanya ditinggal mati itu lebih nyesek ya ketimbang diputusin Nabilah JKT48

    ReplyDelete
    Replies
    1. nanti dah sob, gw jadian dulu sama Nabilah. Biar tau rasanya diputusin

      Delete
  11. Hmm... ending ceritanya keliatan banget nih pengin menjebak pembaca :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. mending kejebak di cerita apa kejebak dimasa lalu?

      Delete
  12. Kereeennnn

    Yuk kirim ke AOMAGZ!!
    Aomagz.blogspot.com

    hehehe ^^

    ReplyDelete
  13. Habis tisu toilet dirumah gua, gara-gara baca cerita loe hehe

    ReplyDelete
  14. Pas lagi sedih habis baca eh gak sengaja ngeklik ads Lazada. Jadi deh gue yang sedih lo yang seneng. tapi ini semua hanya fiksi, lebih khususnya fiksi patah hati. eaa

    ReplyDelete

Berkomentarlah sebelum berkomentar itu di larang, ditunggu kritik dan caci makinya ya :)